Beranda

Kenapa kita ingin perubahan?

Tinggalkan komentar

Pertanyaan ini telah banyak disampaikan ke publik tetapi jawaban belum memuaskan. Perubahan sosial sekarang ini berlangsung cepat dan lebih intensif. Dalam (Wahyu, 2005; 1) menyebutkan bahwa sumber-sumber perubahan dan unsur-unsur yang mengalami perubahan juga lebih banyak. Jawaban pertanyaan di atas telah dijawab oleh Hirschman dalam Horton dan Hunt (Wahyu, 2005; 1) yang menyatakan perubahan itu terjadi dikarenakan oleh kebosanan. Lebih lanjut dikatakan pendapat ini ada benarnya, tetapi bukan satu-satunya merupakan faktor deterministik (Wahyu, 2005; 1).

Sementara itu. Soemardjan (Wahyu, 2005; 2) menyebutkan perubahan-perubahan pada lembaga masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai-nilai sosial, sikap, dan pola tingkah laku antara kelompok dalam masyarakat.

Perubahan suatu keharusan yang tidak dapat tidak dilakukan, setiap individu harus menerima perubahan karena perubahan akan mengalir seperti air, dihambat ia tetap berlanjut bahkan memporak poranda penghambat. Sesuatu yang tidak berubah adalah perubahan itu sendiri. Syair arab berbunyi setiap alam pasti berubah dan setiap berubah itu adalah baharu.

Singkirkan kesombongan diri

Tinggalkan komentar

Rupa, harta, tahta, dan lainnya dapat membuatkan diri lepas kendali merasakan lebih hebat dari semua dan menikmati segala yang dimiliki dengan rasa lebih serta lupa dengan kekuasaan Illahi. Individu yang lupa diri biasanya menganggap sesuatu yang dimilikinya hal yang luarbiasa dan membanggakan dan dicapainya dengan upaya kerja keras sebelumnya.

Kenikmatan yang didapatkan melalui mata hanya sebatas keindahan dan menyenangkan hati. Demikian juga, kenikmatan telinga hanya kemerduan, menyenangkan hati, gembira, dan menyejukkan hati. Sementara kenikmatan alat peraba dapat menentukan halus kasar, besar kecil, dan lainnya. Kenikmatan rasa di lidah hanya sebatas kerongkongan. Semua kenikmatan di atas adalah pemberian Allah, jika dicabutNya kenikmatan tersebut maka semua tidak menjadi tidak berarti.

Allah SWT menyuruhkan hambaNya untuk berusaha, namun banyak usaha yang dilakukan tidak membuahkan hasil yang menunjukkan usaha tersebut belum maksimal dan belum mendapatkan keridhoanNya. Jika manusia berkata bahwa keberhasilannya itu atas kerja kerasnya atau capaiannya, hal demikian perkataan sombong. Keberhasilan dan rizki titipan Allah, bila Allah berkehendak maka akan terjadi, kita hanya sebatas berupaya dan berdoa semoga semua di bawah ridhoanNya.

Kata bijak yang sudah umum kedengaran disanjung tidak akan menjadi rembulan, direndahkan tidak akan menjadi sampah dan tak usah repot-repot menjelaskan dirimu sebab orang yang menyukainya tidak butuh itu dan orang membencimu tidak percaya itu. Selalulah melangkah di jalan yang benar meskipun kadang kebaikan tidak selalu dihargai.