Tiada berasa sekarang kita sudah berada pada bulan maret, sebentar lagi april, tepat tanggal 17 secara serentak seluruh masyarakat di tanah air yang berumur 17 tahun ke atas akan mencoblos utusannya di legeslatif dan presiden untuk periode 2019-2024.

Di pinggir jalan banyak terpampang gambar calon legeslatif untuk kabupaten, kota, provinsi, dan pusat serta DPD RI. Mereka calon memperkenalkan diri dengan gambar dan visi mereka, semoga masyakat berkenan memilihnya. Perjuangan masing-masing calonkan dengan strategi dan taktik yang dirahasia, namun mereka selalu dipantau oleh Panwaslu agar tidak melanggar aturan yang berlaku. Pengerahan massa hampir tiada terdengar dalam penyampaian visi dan misi, lebih banyak calon mendatangi teman- teman dan kolega untuk memohon bantuan memilih dia. Di antara taktik adalah membagi kartu nama calon dan nomor urut.

Perjuangan memang berasa berat dan sulit karena meyakini dan mempengaruhi orang lain untuk memilih diri kita, hal demikian bukanlah gampang. Sementara itu masyarakat juga wait and see. Siapa yang representatif di legeslatif untuk mewakili mereka? Apa betul mereka berpihak pada rakyat? Kadang-kadang calon menggunakan jalan pintas untuk dapat menang, beragam cara dan gaya untuk menang. Begitu serius mereka berjuang sehingga mereka lupa bahwa ada wasit ibarat sebuah pertandingan yang menegur dan mendiskualifikasikan mereka.

Perjuangan tidak luput dari resiko dan pengorbanan, semakin besar perjuangan dan semakin besar pula resiko dan pengorbanannya. Orang yang tidak mau berkorban maka perjuangan menjadi sia-sia.

Dalam berjuang lengkaplah diri dengan doa karena ia dapat memberi sugesti dan motivasi, jika ternyata akhir menang, perlu disyukuri bahwa itu anugrah Tuhan. Sebaliknya, jika gagal bukanlah kalah tetapi kemenangan anda yang tertunda

Wassalam.